Psikologi Massa: Pendiri Ditahan, Teman Ahok Mengancam

Sebuah kejadian tidak mengenakkan diterima Teman Ahok, baru saja.  Amalia Ayuningtyas dan Richard Handris Saerang, anggota pendiri Teman Ahok ditahan di imigrasi Singapura.

psikologi sosial

Sumber foto: temanahok(dot)com

Awam akan melihat keanehan karena mereka belum pernah masuk Singapura, dan tidak ada kabar negatif sebelumnya yang bisa membuat mereka masuk daftar cekal di luar negeri. Sementara di sisi lain, para kandidat koruptor aman-aman saja di negeri Singa tersebut.

Kontan para temanahoker meradang dan sempat mengancam akan menggeruduk kedutaan besar Singapura jika pendiri mereka tidak dilepaskan.

Ini adalah contoh sempurna bagaimana psikologi massa itu bekerja.

Seperti dibahas di artikel sebelumnya tentang kecerdasan kolektif, kejadian ini merupakan contoh sempurna dari psikologi massa yang berbeda dengan wisdom of crowd. Jika tidak bisa mengendalikan, potensi destruktif akan membesar.

Psikologi massa menganalisis tingkah laku yang dilakukan secara kolektif oleh sekelompok massa. Beberapa orang dengan intensi sama dan berkumpul bersama akan menghasilkan tingkahlaku kolektif (Collective Behavior). Tingkahlaku ini kemudian memicu terjadinya tindakan bersama atau gerakan sosial.

Menurut Neil Smelser, tingkahlaku kolektif muncul karena diantaranya:

  1. Kondusivitas terstruktur; ini dipicu adanya tempat-tempat yang memang sudah terstruktur yang memungkinkan banyak orang bertemu, misalnya pasar, tempat umum, tempat ibadah, mal, dan sebagainya
  2. Bibit terstruktur; ini dipicu oleh adanya ketegangan di masyarakat, misalnya dalam kondisi pemilihan umum, muncul ketegangan di antara pendukung.
  3. Kepercayaan yang digeneralisir; ini dipicu oleh adanya interpretasi kolektif pada suatu kejadian spiritual.
  4. Faktor Pencetus; ini terjadi jika ada sesuatu yang memicu seperti kecelakaan, pencurian, penangkapan tokoh, dan sebagainya.
  5. Mobilisasi Massa; ini terjadi jika kelompok sudah terbentuk sebelumnya, dan kemudian mereka digerakkan untuk melakukan hal tertentu, misalnya demo, kampanye, pengajian, dan sebagainya.

Dalam kasus ini, pemicu ke-2 dan ke-4 menjadi dominan. Semakin besar faktor pemicunya, maka potensi aksi kolektif berikut konsekuensinya pun akan semakin besar. Ketika pemimpin kelompok disakiti, para anggotanya akan tergerak untuk merespons, dan sayangnya, sebagian bernuansa emosional. Kerumunan yang tidak sehat, karena dipicu emosi, cenderung mudah diarahkan oleh orang bersuara keras. Psikologi massa mengingatkan, orang berakal sehat akan kalah dengan orang yang bersuara keras jika situasi tidak sehat.

Nah, teori lain yakni Teori Penularan Sosial menyebut bahwa orang memiliki kecenderungan tertular tingkahlaku orang lain ketika berada pada situasi massif. Ini menjelaskan mengapa provokator harus ditangani terlebih dahulu ketika ada terjadi kerumunan yang tidak sehat.

Nah, Temaahok ini jumlahnya raksasa. Ratusan ribu orang, dan aktif. Ketika mereka berkumpul, entah di dunia nyata atau di dunia maya, jika tidak ada yang bisa mengendalikan, maka mereka berpotensi destruktif. Jika mereka berkumpul di jalanan, maka depan kedutaan Singapura akan penuh sesak.

Namun, apakah itu akan menyelesaikan permasalahan?

Teman Ahok adalah gerakan moral yang dicitrakan sebagai golongan putih, yang mengajak pada hal-hal yang bersih, inovatif, dan cap positif lainnya. Ketika mereka terpancing untuk melakukan gerakan-gerakan yang disetarakan sebagai gerakan kekerasan.

Kejadian ini akan membuktikan seperti apa persona yang dimiliki oleh Teman Ahok. Dalam asesmen DISC, dikenal adanya dua kondisi yaitu kondisi Mask atau Public Self, serta kondisi Core atau Private Self. Pada kondisi pertama, seseorang bertingkahlaku agar bisa diterima oleh lingkungannya. Dalam keadaan normal, mereka akan bertindak terkontrol, dan karenanya, tingkahlaku yang ditunjukkan tersebut disebut sebagai topeng. Namun ketika terjadi kondisi yang sangat menekan, seseorang akan cenderung kembali pada sifat aslinya.

Jika apa yang ditunjukkan oleh Teman Ahok selama ini, yang dicitrakan sebagai kelompok terpelajar merupakan Private Self alias sifat aslinya, maka ketika mereka menghadapi ketegangan pun akan tetap menampilkan reaksi yang terpelajar juga. Emosional adalah hal yang wajar ketika menghadapi kejadian yang menekan perasaan. Yang membedakan adalah cara mengelola emosi tersebut.

Ini adalah ujian untuk Teman Ahok, apakah akan menghadapinya dengan cara-cara yang beradab, atau sama saja dengan kelompok massa lain yang cenderung menyodorkan otot atau kekuatan massa, ketika dihadapkan pada permasalahan.

Ingat, ketika pada setiap gerakan massa pasti akan melahirkan pemimpin, bisa terencana ataupun spontan. Maka menjadi unsur krusial bagi para leader di teman ahok untuk segera mengambil peranan dan speak up. Berikan instruksi yang jelas secara kontinyu kepada anggota mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh, melalui media utama yang dimiliki. Dengan demikian, anggota merasa tenang, dan memiliki lampu yang menerangi jalan mereka ke depan. Dalam keadaan terang, agitasi dari pihak luar akan sulit menembus mereka.

Jika tidak, akan muncul pemimpin lain yang lahir secara spontan karena mereka speak up. Dalam keadaan panik, kerumunan massa mudah diarahkan oleh suara yang terkeras, ketika figur yang dianggap sebagai panutan sudah tidak dirasakan keberadaannya.

Teman Ahok sebagian besar terdiri dari orang-orang yang tidak saling mengenal, namun saling terikat (memiliki kohesivitas tinggi) karena memiliki kedekatan emosional yang sama. Dengan adanya tekanan dari luar, maka orang-orang yang berinisiatif menjadi pemimpin bisa mengarahkan mereka. Seperti ketika menggiring domba-domba. Seluruh domba akan mengekor domba yang digerakkan paling depan, kemudian yang di tengah akan terdorong maju ketika domba yang paling belakang mendesak ke depan.

Namun ketika di tengah kesulitan pasti ada kemudahan. Jika Teman Ahok mampu mengelola isu ini dengan baik, bukan tidak mungkin citra Teman Ahok akan melambung tinggi. Setidaknya, ini membuktikan bahwa Teman Ahok sudah diperhitungkan oleh negara lain.

Dan ini menjadi pertaruhan citra Teman Ahok.

Langganan dan Download Ebook tentang Motivasi dan Human Capital-- GRATIS


Warning: count(): Parameter must be an array or an object that implements Countable in /home/humancap/public_html/wp-includes/class-wp-comment-query.php on line 405

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *