2 Perangsang untuk Outsourcing Berinovasi

manajemen inovasi

Inovasi adalah darah bagi keberlangsungan peruusahaan di masa kini. Tanpa inovasi, maka perusahaan tinggal menunggu waktu saja untuk masuk liang kubur. Memang paling aman adalah jika perusahaan ini mampu menjaga seluruh rantai bisnisnya ada di bawah kendali penuh perusahaan.

Namun biasanya perusahaan memiliki keterbatasan sumberdaya. Maka, untuk mengantisipasinya, yang dilakukan adalah mengalihdayakan keperusahaan lain yang memiliki kapabilitas untuk menjalankan sebagian proses bisnis di organisasinya. Inilah proses yang jamak disebut outsource.

Mari lupakan sejenak aturan pemerintah bahwa alihdaya hanya untuk 5 bidang yang berketerampilan rendah.  Subkon, pekerjaan jasa, sebenarnya bentuk pengalihan sebagian proses bisnis agar kita bisa lebih fokus pada rantai bisnis yang paling krusial menghasilkan nilai tambah.

Masalahnya, inovasi adalah hal yang wajib. Bisakah kita mendorong perusahaan yang bekerja untuk kita juga termotivasi untuk melakukan inovasi? Inilah 2 gula-gula untuk mereka.

Perusahaan outsourcing memiliki horison finansial jangka pendek, karena mereka hanya dituntut untuk memenuhi service level agrreement (SLA) dengan harga yang sekompetitif mungkin. Perusahaan dengan strategi Cost Leadersip seperti itu tidak akan terlalu memperhatikan inovasi. Proses bisnis yang dijalankan untuk menghemat budget adalah mengadopsi best practice yang telah dijalankan secara global, karena memiliki parameter yang lebih jelas untuk dari sisi keberhasilannya.

Continuous Improvement dalam kaitan untuk memperbaiki proses sehingga bisa mendapatkan proses bisnis yang lebih efisien masih menjadi pendekatan yang lebih masuk akal bagi perusahaan outsourcing, karena mereka secara langsung bisa memetik manfaatnya. Sedangkan inovasi, jauh lebih berisiko karena berpotensi bisa mengganggu bisnis yang sudah dijalankan sebelumnya. Karena jika inovasi berhasil maka tiba-tiba proses bisnis yang sebelumnya akan tampah usang.

Bagi perusahaan outsourcing, ada 2 hal yang bisa menarik minatnya agar bisa terus berbisnis termasuk untuk berinovasi yaitu:

  1. Jaminan potensi keuntungan ketika menjalankan proses inovasi
  2. Jaminan operasional berkelanjutan jika inovasi berhasil

Sebuah perusahaan outsource di luar sana, sebut saja AlphaCorp diminta untuk mengembangkan inovasi oleh perusahaan yang meng-hirenya, sebut saja B&B, melalui intervensi pada 2 sisi dengan memberi insentif dan dis-insentif:

  1. Insentif Proses I:

Inovasi besar membutuhkan budget besar dan mengandung risiko kegagalan. Karena tidak tercantum dalam kontrak secara eksplisit, maka yang bisa diterapkan adalah memberi insentif kepada perusahaan yang mau berinovasi. Untuk menjaga ownership perusahaan terlibat dalam proses inovasi, maka insentif finansial yang ditawarkan adalah tidak 100%. B&B bisa mengambil porsi misalnya 50 – 60 % dari budget pada usulan-usulan  inovasi yang disetujui, sedangkan sisanya menjadi porsi perusahaan partner. Dengan berbagi risiko finansial, maka perusahaan outsourcing akan serius dalam menjalankan program inovasi yang telah disetujui.

  1. Insentif Hasil:

Inovasi yang memiliki output penghematan di B&B, misalnya dari sisi waktu, rantai proses, dan man power sebagainya, bisa dikuantifikasi dalam bentuk finansial.

B&B sudah mengalokasikan anggaran untuk proses business as usual sepanjang kontrak dengan perusahaan Outsourcing. Artinya, ada ataupun tidak adanya inovasi dari perusahaan outsourcing, budget yang akan dikeluarkan sudah fix. Peluang adanya penghematan finansial atas adanya inovasi dari partner bisa menjadi insentif bagi perusahaan partner tersebut.

Penghematan finansial yang muncul menjadi hak perusahaan partner sampai akhir masa kontrak. Misalnya, dari kontrak sepanjang 10 tahun, perusahaan partner berhasil menerapkan inovasi pada tahun ke-7, maka nilai finansial atas penghematan dari tahun ke-7 s.d tahun ke-10 menjadi benefit bagi perusahaan partner.

Apakah B&B menjadi rugi?

Tidak. Keuntungan yang diperoleh B&B lebih pada intangible benefit. B&B akan memperoleh benefit dari sisi waktu yang lebih efektif, proses bisnis yang lebih lincah, transparansi, dan lain-lain. Intangible benefit ini bisa dikonversi menjadi benefit finansial jika masuk dalam skenario layanan ke customer B&B, karena bisa menjadi tambahan Competitive Advantage.

Fokus inovasi yang ditawarkan untuk perusahaan partner sebaiknya berada pada lingkup keahlian yang dimiliki oleh perusahaan partner tersebut, karena tingkat risiko yang dihadapi lebih terkelola.

Outsourcing berarti membagi kapabilitas organisasi kepada pihak luar. Risiko yang dihadapi adalah hilangnya kompetensi yang dimiliki oleh B&B pada salah satu mata rantai dalam rangkaian proses bisnis. Karena itu, Trust menjadi bagian yang sangat penting dalam membangun hubungan saling menguntungkan dalam skema outsourcing.

Kondisi Amerika Latin dan Eropa Barat sangat berbeda.  Di Amerika Latin, tingkat kepercayaan B&B kepada AlphaCorp sangat rendah karena AlphaCorp Amerika Latin belum bisa memenuhi SLA (Service Level Agreement).  Jika dilihat dari level Trust menurut Lewicki and Burner, model hubungan antara B&B dan AlphaCorp di Amerika Latin berada di level trust terendah yaitu level I, di mana hubungannya adalah AlphaCorp menjalankan aktivitasnya karena takut pada punishment jika aktivitas itu tidak dilakukan.

Yang dilakukan adalah mendorong meningkatnya level kepercayaan ini sehingga dukungan B&B kepada AlphaCorp Amerika Latin meningkat.

Dalam teori motivasi Herberg, faktor Hygiene harus dipenuhi pada level minimal sebelum bisa beralih ke faktor Motivator. Dalam hal ini, SLA adalah faktor Hygiene. Sehingga mau tidak mau  AlphaCorp harus bisa memenuhi minimum SLA sesuai dengan kontrak agar bisa mempromosikan proposal inovasi yang mereka miliki.

Minimum SLA diset berdasarkan kebutuhan B&B, dan disilangkan dengan kapabilitas yang dimiliki oleh perusahaan peserta tender sebelum masa kontrak. Dengan demikian, asumsinya adalah perusahaan penyedia jasa outsourcing yang menedangkan tender harus bisa  memenuhi SLA  yang telah ditetapkan dalam kontrak. Kegagalan perusahaan partner memenuhi SLA seharusnya berujung pada penalti atau pemutusan kontrak secara tegas sebelum kegagalan pemenuhan SLA tersebut berimplikasi negatif pada proses-proses yang terkait.

Benefit inovasi sebagaimana ditawarkan dalam jawaban point 1 di atas bisa disampaikan sejak awal kepada para perusahaan partner untuk menambah motivasi bagi mereka. Namun implementasi proses inovasi baru bisa dijalankan jika mereka berhasil memenuhi standar minimum SLA sesuai tercantum dalam kontrak.

Sebelum SLA terpenuhi, hubungan yang terjadi belum masuk dalam insentif, melainkan dengan dorongan ancaman penalti.

Model outsource untuk setiap proses bisnis bersifat typical atau khas, sehingga tidak bisa dibuatkan dalam 1 model tunggal pengelolaan pekerjaan outsourcing. Namun, model pemberian insentif/ benefit bagi perusahaan yang berani melakukan inovasi dan CI dalam proses pelaksanaan kontraknya bisa dibuat dalam 1 model umum, sebagaimana ditawarkan pada jawaban No 1.

Benefit lain dari keberhasilan inovasi yang bisa ditawarkan adalah: perpanjangan kontrak secara otomatis dengan durasi 1/2 dari masa kontrak awal dengan persentase kenaikan nilai kontrak sebesar inflasi atau angka tertentu yang disepakati di awal. Benefit ini diberikan untuk inovasi yang terbukti berhasil meningkatkan kinerja B&B secara signifikan dengan ukuran yang ditetapkan oleh B&B. Perusahaan yang tidak bisa memberikan layanan inovasi harus menjalani masa tender ulang untuk mendapatkan pekerjaan serupa ketika masa kontrak sudah berakhir.

Terkait dengan hak intelektual atas inovasi yang dihasilkan, pada dasarnya hak inovasi tersebut menjadi milik perusahaan partner (penghasil inovasi). Namun mengingat pada proses pengembangannya terdapat andil dari B&B, maka pemanfaatan hasil inovasi tersebut harus sesuai dengan kesepakatan kedua pihak. Atau jika pihak partner ingin menguasai hasil inovasi sepenuhnya, mereka harus mengabsorb saham/ modal kerja yang disetorkan oleh B&B dalam proses pengembangan inovasi tersebut.

Setelah pihak partner membayar biaya pengembangan yang diberikan oleh B&B, maka mereka berhak menjual inovasi tersebut ke pihak di luar B&B.

Begitulah, barangkali ide ini bisa menjadi insentif perusahaan yang bekerja untuk kita, bisa mengembangkan inovasi, dan tidak terjebak dengan rutinitas harian.

Langganan dan Download Ebook tentang Motivasi dan Human Capital-- GRATIS


Warning: count(): Parameter must be an array or an object that implements Countable in /home/humancap/public_html/wp-includes/class-wp-comment-query.php on line 405

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *